Tingkatkan Pemahaman Mahasiswa, Dosen PAI Gunakan Permainan Tic-Tac-Toe Dalam Perkuliahan
PAI FITK UIN Malang - Sebagai seorang calon guru, mahasiswa PAI seyogyanya mengusai materi metode pembelajaran, baik secara teoritis maupun praktis. Hal ini karena penguasaan metode pembelajaran merupakan salah satu komponen dari kemampuan pedagogik, sebuah kemampuan yang dimiliki guru dalam memahami peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, pengembangan peserta didik, dan evaluasi hasil belajar peserta didik untuk mengaktualisasi potensi yang mereka miliki.
Menyadari akan urgensi kemampuan itu, Laily Nur Arifa selaku dosen MKPAI (Metode Khusus PAI) berupaya melakukan recalling pengetahuan mengenai model dan metode pembelajaran agar mahasiswa memiliki pengetahuan yang komprehensif mengenai hal tersebut.
“Menjelang akhir semester, mahasiswa mulai lupa mengenai sintaks pembelajaran beberapa model. Beberapa mahasiswa juga bercampur pengetahuannya antara model-model tertentu yang memang memiliki kemiripan karakter. Sehingga perlu adanya recalling agar setidaknya ketika PKL mereka bisa menerapkan model pembelajaran dengan baik,” ujar Laily.
Memilik untuk tidak menggunakan tanya jawab secara lisan ataupun tes tulis, Laily punya alasannya sendiri. Mempraktikan permainan Tic Tac Toe pada kelas D mahasiswa PAI semester V, ia menyebut bahwa ini adalah juga merupakan praktik penerapan metode.
“kalau menggunakan tanya jawab atau tes tulis, mahasiswa tidak tertantang untuk berusaha menjawab sebaik mungkin. Apalagi kelas D ini dari 28 mahasiswa, perempuannya hanya 5. Sehingga kelas ini aktif sekali dan mereka harus selalu bergerak agar kelas tetap hidup, Selain itu, sekaligus memperkenalkan kepada siswa, bahwa kita bisa menerapkan permainan sederhana dengan fasilitas seadanya untuk melakukan pembelajaran yang menyenangkan,” imbuh Laily.
Tic tac toe sebenarnya adalah permainan papan. Dimainkan oleh 2 pemain, dengan menggunakan papan berpetak 3 x 3. Salah satu pemain dengan menandai "x" dan yang lain menandai dengan "o". Pemain awal menandai dengan x dan pemain berikutnya dengan o, seterusnya bergantian. Tantangan permainan adalah membuat deretan xxx atau ooo, secara horisontal--vertikal--diagonal. Pemenangnya adalah yang berhasil terlebih dahulu membuat deretan xxx atau ooo.
Namun nampaknya, Laily mengubah beberapa konsep dasar permainan tesebut dan menyesuaikannya dengan karakteristik kelas dan tipe materi ingin di-recalling. Lalu bagaimana praktik permainan Tic-Tac-Toe yang digunakannya di kelas?
“Saya mengubah petak menjadi 5x5, sehingga disebut menang jika sudah dapat membuat deretan 5 petak. Selain itu, saya membagi kelas dengan dua kelompok, yang berhak membuat tanda adalah siapapun anggota kelompok yang lebih dulu mengambil spidol sebagai pengganti bel dan menjawab pertanyaan saya dengan benar. Agar lebih meriah, tiap kelompok saya wajibkan meneriakkan yel-yel tiap anggota kelompoknya berhasil menuliskan tanda di papan, Pertanyaan yang saya berikan ya seputar mater kuliah, seperti mahasiswa saya minta menyebutkan sintaks model Discovery Learning, menyebut model pembelajaran apa yang memiliki sintaks TANDUR, apa bedanya Mean End Analysis dan Open Ends, dan sebagainya” jawab Laily.
Selain dapat meninggkatkan pemahaman mahasiswa mengenai materi perkuliahan, metode yang digunakan Laily ini nampaknya juga meningkatkan mootivasi mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan. Hal ini diungkap oleh mahasiswa kelas D bernama Qathratun Nada Firdausiah.
“Perkuliahannya seru sekali. Kami betul-betul mencari jawaban di buku catatan dan juga browsing di Internet. Kami berusaha menjawab karena kami tidak mau kalah dari kelompok sebelah. Selain itu, ternyata saya justru lebih ingat materi ketika teman saya menjawab dengan benar.”ujar Nada. (lna/mj)